BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hingga
saat ini kanker servik merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker dinegara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan
setiap tahun dijumpai sekitar 50 ribu penderita baru diseluruhh dunia dan
umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi
virus yang merangsang perubahan prilaku sel epitel serviks. Pada saat ini
sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama
penyakit ini di masa pendatang.
Resiko terinveksi virus HPV dan
beberapa kondisi lain seperti prilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok, akan
mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini
merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat bervariasi hingga sulit untuk
dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker
serviks didunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara itu,
di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian
akibat kanker pada wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara
berkembang. Sebelum tahun 1930 kanker
seviks merupakan penyebab pertama
kematian wanita dan kasusnya turun secara drastis semenjak diperkenalkannya
teknik skrining pap smear oleh papanikolao. Namun, sayang hingga saat ini
program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah
dimengerti mengapa insiden kanker seviks masih tetap tinggi.
Regristrasi kanker adalah upaya yang
tepat untuk mengetahui insiden kanker serviks dan penggunaanya akhir – akhir
ini semakin populer. Namun, dinegara berkembang
registrasi kanker ini tidak berjalan dengan baik, sehingga sulit
mendapat data yang akurat mengenai kanker ini apalagi bila kita menginginkan
data khusus prain pasif. Data yang paling baik adalah bila diketahui dari
seluruh populasi ( population base )
atau dapat juga berdasarkan data rumah sakit ( hospital base ). Namun, terkadang data ini juga sulit diperoleh.
Tampaknya yang lebih mudah adalah berdasarkan data dari tempat pemeriksaan histopatologi
( histopatologic base ).
Hal terpenting menghadapi penderita
kanker servik adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi
yang efektif dan sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan
terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari
beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih bersifat “
simptomatis” karena belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya
perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar seperti vaksinasi atau
imunoterapi masih dalam tahap penelitian. Penelitian vaksinasi HPV tipe 16 dan
18 saat ini telah memasuki fase III. Nantinya vaksinasi ini diharapkan bukan
hanya sebagai uoaya pencegahan, melainkan juga sebagai upaya terapi.
Saat ini pilihan terapi sangat
bergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa
berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi
dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi
baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui
penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.
Sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah
bersangkutan
2.
Agar mahasiswa mendapat tambahan wawasan mengenai KANKER
SERVIKS
3.
Agar mahasiswa mengetahui akibat yang ditimbulkan sehingga
dapat melakukan pencegahan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
kita dapat menentukan batasan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa itu KANKER SERVIKS ?
2.
Bagaimana mekanisme penyakit dn penyebab penyakit ?
3.
Apa saja gejala yang timbul bila terkena kanker servik ?
4.
Bagaimana cara melakukan pemeriksaan kanker servik?
5.
Bagaimana peran bidan dalam pencegahan penyakit ?
6.
Bagaimana komplikasi yang terjadi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah
penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan
liang senggama wanita (vagina). Kanker serviks juga merupakan
pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks (leher
rahim).
Perubahan
ini biasanya memakan waktu beberapa tahun sebelum berkembang menjadi kanker.
Oleh sebab itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksi
apabila terjadi perubahan pada sel serviks melalui skrining (papsmear atau IVA) dan menanganinya sebelum
menjadi kanker serviks. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang berusia
kisaran 30 sampai dengan 50 tahun, yaitu puncak usia reproduktif perempuan
sehingga akan meyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiawaan dan
kesehatan seksual.
Kanker servik uteri merupakan penyakit yang fatal sehingga tidak etis untuk
melakukan percobaan kelinis pada manusia. Sel kanker
servik pada awalya berasal dari sel epitel servik yang mengalami mutasi genetic
sehingga merubah perilakunya. Sel yang bermuntasi ini merupakan pembelahan sel
yang tidak terkendali, immortal dan menginfasi jaringan stroma dibawahnya.
Keadaan yang menyebabkan mutasi genetic yang toidak dapat diperbaiki yang
menyebabkan terjadiynya pertumbuhan kanker ini.
1.2
Mekanisme dan Penyebab Penyakit Kanker Servik
a.
Mekanisme
Awal penyebaran kanker ini berkembang dari mulit rahim
yang letaknya di bawah rahim dan di atas
vagina. Oleh karena itu kanker servik di sebut juga kanker leher rahim tau kanker
mulut rahim. Di mulut rahim ada dua jenis sel yaitu sel kolumnar dan skuamosa.
Sel skuamus sangat berperan dalam perkembangan sel kanker serviks. Lihat gambar
di bawah untuk mendapat gambaran tentang stadium kanker servik.
b. Penyebab
Pertama kanker ini 99,7%
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang
leher rahim. Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di
antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV
yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal adalah virus HPV tipe 16 dan
18.Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut,
kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita,yang perlu diketahui
mengenai virus HPV:
1. HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual.
3. HPV dapat bertahan dalam suhu panas.
Kedua,
selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa
tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang
terjadi dalam jangka waktu cukup lama.
Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual
dari banyak tipe HPV, tipe 16 mempunyai peranan
yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan
protein – protein yang penting dalam replikasi virus.
Ada beberapa
faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a)
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual . Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksualsemakin besar
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
b)
Jumlah
kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak
dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin
besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks
c)
Jumlah perkawinan wanita yang sering melakukan
hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks.
d)
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus
papiloma atau virus kondilomaakuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
e)
Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada
golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya
dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f)
Hygiene dan sirkumsisi diduga adanya pengaruh mudah
terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
g)
Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Merokok
akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian
menjadi
infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus
terbentuknya
kanker serviks
Karena hubungannya yang erat dengan infeksi HPV,
wanita yang mendapat atau menggunakan penekan kekebalan ( immonosuppressife ) dan penderita HIV beresiko menderita kanker
seviks.
1.3 Gejala dan Tanda Penderita Kanker Servik
Kebanyakan
infeksi HPV dan kanker serviks stadium dini berlangsung tanpa menimbulkan
gejala sedikitpun sehingga penderita masih dapat menjalani kegiatan sehari-hari.Namun, jika dilakukan
pemeriksaan deteksi dini dapat ditemukan adanya sel-sel serviks yang tidak
normal yang disebut juga sebagai lesi prakanker. Bila kanker sudah mengalami
progresifitas atau stadium lanjut maka gejala-gejala yang dapat timbul antara
lain:
1. Pendarahan
setelah senggama atau membersihkan
vagina, dengan makin tumbuhnya penyakit tanda semakin menjadi jelas. Pendarahan
menjadi semakin banyak, lebih sering dan berlangsung lebih lama. Namun
terkadang keadaan ini diartikan penderita sebagai pendarahan HAID yang sering
dan banyak..
2. Pendarahan
spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
3. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan
darah dan berbau.
4. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak
bisa buang air kecil. Hal ini
menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervu skiatik
5. Nyeri ketika berhubungan seksual..
Contoh Orang yang Terkena Kanker Servik
1.4
Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks
Meski menempati peringkat tertinggi
di antara berbagai jenis penyakit kanker yang menyebabkan kematian, kanker
serviks merupakan satu-satunya jenis kanker yang telah diketahui penyebabnya.
Karena itu, upaya pencegahannya pun sangat mungkin dilakukan. Yaitu dengan cara
:
1.
Tidak berhubungan intim dengan pasangan yang berganti-ganti
2.
Melakukan vaksinasi HPV bagi yang belum pernah melakukan
kontak secara seksual
3.
Memelihara kesehatan tubuh
4.
Pengobatan secara dini untuk lesi serviks yang
dicurigai
5.
Melakukan IVA test
6.
Rajin melakukan pap smear setiap dua tahun sekali bagi yang
sudah aktif secara seksual
Test Pap Smear
Test ini digunakan menyingkapkan apakah ada
infeksi, radang, atau sel-sel abnormal dalam serviks (leher rahim).
Test Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun
laboratorium terdekat. Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa
menit) dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Test Pap smear dapat dilakukan bila Anda tidak dalam keadaan haid ataupun
hamil. Untuk hasil terbaik, sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari
sebelum pemeriksaan.
Gambar 1: dokter memasukkan (alat) speculum ke dalam liang vagina untuk menahan
dinding vagina tetap terbuka.
Gambar 2: Cairan/lendir rahim diambil dengan mengusapkan (alat) spatula.
Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass
Gambar 4: sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk diperiksa.
Alternatif lain Tes Pap Smear : Metode IVA
Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap
Smear, metoda lain yang dapat menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat).
IVA digunakan untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks Anda setelah
mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka3-5%) pada leher rahim. Asam asetat
menegaskan dan menandai lesi pra-kanker dengan perubahan warna agak keputihan
(acetowhite change). Hasilnya dapat diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15
menit.
Metode IVA mengandung kelebihan dibanding test Pap smear, karena sangat
sederhana (dapat dilakukan di Puskesmas), hasilnya cukup sensitif dan harganya
amat terjangkau (mulai Rp. 5000).
Berbeda dengan test Pap smear, pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat
dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska
keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah setiap 5
tahun.
Pengobatan kanker serviks:
A.
Tindakan Darurat
Pendarahan
pervagina yang berasal dari ulserasi luas dan kavitas pada karsinoma serviks
stadium 2 sampai 4. Ligasi titik perdarahan dan penjahitan tidak praktis
dilakukan. Obat penghenti perdarahan seperti negatol ( negatan ), larutan perak
nitrat 10% atau aseton efektif meskipun
pengupasan jaringan nekrotin berikut dapat menyebabkan perdarahan lebih lanjut.
Tampon atau radiasi vagina ( jika toleransi memungkinkan ) sangat menolong.
Embolisasi atau ligasi arteri uterina atau hipogastrik dapat merupakan tindakan
penyelamat nyawa.
B.
Tindakan Umum
Kirim pasien
ke rumah sakit untuk pemeriksaan
menyeluruh dan berikan istirahat sebelum terapi dimulai. Dasar perencanaan
pemeriksaan kanker serviks meliputi hemogram ( anemia atau infeksi ), uji
fungsi hati, ultrasonografi ( untuk mendeteksi masa tumor ), sinar – X dada (
penyakit atau metastasis ke paru ) pemeriksaan tulang barium enema atau (
infasi atau penyakit usus ).
C.
Tindakan Lokal
Selama
terapi radiasi, menyemprot permukaan dengan air hangat dapat membantu memberi
rasa nyaman dan bersih.
D.
Pengobatan Menurut Stadium
E.
Terapi Radiasi
Radiasi
biasanya dianggap pengobatan terbaik bagi karsinoma serviks invasif. Radium
sinar – x Co, siklotron, akselerator linea, dan sumber radiasi lainnya dapat
digunakan. Tujuannya adalah menghancurkan karsinoma primer dan skunder dalam
pelvis dan mempertahankan jaringan yang tidak terkena kanker, jumlah radiasi yang diperlukan untuk menghancurkan
kanker bervariasi dari pasien ke pasien.
Pengobatan
kanker serviks selama kehamilan
1. Trimester
pertama. Berikan radiasi eksterna 6000 rad
ke pelvis melalui setiap titik dari keempat tempat. Bersamaan dengan itu
berikan dua dosis radium paraservikal dan intraservikal dan tunggu terjadinya
abortus spontan.
2. Trimester
kedua. Memberikan radium intra dan kontra servikal dalam 7-10 hari lakukan
histerektomi abdominal.dua minggu setalah pembedahan, berikan 6000 rad radiasi eksterna.
3. Trimester
tiga. Lakukan SC klasik jika janin viable dalam7-10 hari berikan radiasi
eksterna 6000 rad kemudian berikan dua dosis radium intra dan para servikal
selang satu minggu.
F.
Tindakan Pembedahan ( lihat juga menurut stadium)
Histerektomi
total dengan pengangkatan luas vagina merupakan terapi pembedahan pilihan untuk
wanita berumur lebih dari 40 tahun dengan karsinoma serviks. Kondisi dalam
serviks dapat diberikan untuk wanita-wanita usia muda yang masih mengiginkan
untuk memiliki lebih bayak anak tetapi ini merupakan resiko yang patut
diperhitungkan sekalipun pasien sudah mengerti perlunya apusan sitologi vagina
setiap 6 bulan selama waktu tertentu.
1.5 Peran Bidan Dalam Pencegahan Penyakit
1. Bidan melakukan konseling
kesehatan reproduksi remaja
2. Bidan melakukan konseling
tentang kesehatan reproduksi wanita usia subur dan menepouse
3. Mengadakan
pemeriksaan IVA Test gratis
4. Melakukan konseling
tentang
bahayanya Infeksi menular Seksual ( IMS)
5. Segera
melakukan rujukan apabila menemukan pasien yang positif
1.6 Komplikasi
a) Berkaitan
dengan intervensi pembedahan
1.
Vistula Uretra
2.
Disfungsi bladder
3.
Emboli pulmonal
4.
Infeksi pelvis
5.
Obstruksi usus
b) Berkaitan
dengan kemoterapi
1.
Sistitis radiasi
2.
Enteritisc
c) Berkaitan
dengan kemoterapi
1.
Supresi sumsum tulang
2.
Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang
mengandung sisplatin
3.
Kerusakan membrane mukosa GI
4.
Mielosupresi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab
sebelumnya, dapatlah disimpulkan beberapa hal, antara lain :
1.
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang
terjadi pada daerah leher rahim selain itu merupakan pertumbuhan dari suatu
kelompok sel yang tidak normal pada serviks (leher rahim). Kanker ini biasanya
terjadi pada wanita yang berusia kisaran 30 sampai dengan 50 tahun, yaitu puncak
usia reproduktif perempuan sehingga akan meyebabkan gangguan kualitas hidup
secara fisik, kejiawaan dan kesehatan seksual.
2.
Awal penyebaran
kanker ini berkembang dari mulit rahim yang letaknya di bawah rahim dan di atas vagina.
3.
Pertama kanker
ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim. Kedua, selain disebabkan oleh virus HPV,
sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi
atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup
lama.
4.
Penyebaran virus
ini terutama melalui hubungan seksual dari banyak tipe HPV, tipe 16 mempunyai
peranan yang penting melalui sekuensi
gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan protein – protein yang penting dalam
replikasi virus. Ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a.
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
b.
Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak
dijumpai pada wanita yang sering partus.
c.
Jumlah perkawinan wanita yang sering melakukan hubungan
seksual dan berganti-ganti pasanganmempunyai faktor resiko yang besar terhadap
kankers serviks.
d.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus
papiloma atau virus kondilomaakuminata diduga sebagai factor penyebab kanker
servikse)
Hygiene dan sirkumsisi diduga adanya
pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi
5.
Bila kanker sudah mengalami progresifitas atau stadium
lanjut maka gejala- gejala yang dapat timbul antara lain:
a.
Pendarahan setelah
senggama atau membersihkan vagina, dengan makin tumbuhnya
penyakit tanda semakin menjadi jelas. Pendarahan menjadi semakin banyak, lebih
sering dan berlangsung lebih lama. Namun terkadang keadaan ini diartikan
penderita sebagai pendarahan HAID yang sering dan banyak..
b.
Pendarahan spontan yang
terjadi antara periode menstruasi rutin.
c.
Timbulnya keputihan
yang bercampur dengan darah dan berbau.
d.
Nyeri panggul dan
gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil. Hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervu
skiatik
e.
Nyeri ketika berhubungan seksual.
7.
Upaya pencegahannya pun sangat mungkin dilakukan. Yaitu
dengan cara :
1.
Tidak berhubungan intim dengan pasangan yang berganti-ganti
2.
Rajin melakukan pap smear setiap dua tahun sekali bagi yang
sudah aktif secara seksual
3.
Melakukan vaksinasi HPV bagi yang belum pernah melakukan
kontak secara seksual
4.
Memelihara kesehatan tubuh
5.
Pengobatan secara dini untuk lesi serviks yang
dicurigai
6.
Melakukan test Pap Smear
7. Peran bidan Dalam menangani kanker servik
1.
Bidan melakukan konseling kesehatan reproduksi remaja
2.
Bidan melakukan konseling tentang kesehatan
reproduksi wanita usia subur dan menepouse
3.
Mengadakan pemeriksaan IVA Test gratis
4.
Melakukan konseling tentang bahayanya Infeksi menular Seksual ( IMS)
5.
Segera melakukan rujukan apabila menemukan pasien yang
positif
Saran
Sebaiknya setiap individu membiasakn
diri untik berprilaku sehat dan tidak melakukan hal-hal yang menbuat virus
berpindah dari satu orang ke orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hawley,
louise B, 2003, Intisari Mikrobiologi dan
Penyakit Infeksi, Jakarta : hipokratis
2. Sastrawinata,
Sulaiman, 1981, Obstetri dan Ginekologi,
Bandung : Elstar offset
3. s
6. http://www.scribd.com/eni_utami/d/79324075-kanker-serviks