KEHAMILAN
DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL ( PMS )
11150222 Weinsi Efiriska Marepa
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2012/ 2013
.
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penyakit
menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang
lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC)
terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.Kelompok remaja dan
dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling
tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok
ini. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang
Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Para peneliti
mendapati bahwa infeksi kelamin terkait dengan risiko keguguran pada trimester
pertama dan kedua.
Selain
itu, infeksi kelamin yang menyebar secara hematogen dan masuk ke sirkulasi
janin akan menimbulkan kecacatan, terhambatnya pertumbuhan, hingga janin mati
dalam kandungan. Untuk itu, wanita hamil disarankan untuk melakukan skrining
dan penanganan sedini mungkin sejak awal kehamilan sehingga mengurangi risiko
kehamilannya. Terdapat banyak penyakit menular seksual atau penyakit kelamin
yang dikenal, namun yang tersering adalah gonore, sifilis, HIV/AIDS, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, infeksi genital nonspesifik, hepatitis B,
herpes genitalis, CMV, kandidiasis vulvovaginalis, dan trikomoniasis. Perhatian
lainnya ditujukan kepada pengobatan penyakit, dimana pemilihan obat yang aman
bagi ibu dan janin harus diperhatikan, namun efektivitasnya terhadap penyakit
cukup baik.
1.2. Rumusan Masalah
a.
Apakah definisi PMS, meliputi Sifilis,
Gonoroe, dan HIV/ AIDS ?
b.
Bagaimana resiko yang terjadi pada ibu
hamil yang menderita PMS ?
c.
Bagaimana dampak PMS pada janin ?
d.
Bagaimana cara penatalaksanaan PMS ?
1.3. Tujuan
a.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV.
b.
Untuk
mengetahui Penyakit Menular Seksual meliputi ; Sifilis, Gonoroe, dan HIV/ AIDS
c.
Untuk
mengetahui dampak ibu penderita PMS pada janinnya
d.
Untuk
mengetahui asuhan kebidanan atau penatalaksanaan pada ibu dengan PMS.
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi
Penyakit
Menular Seksual. PMS adalah infeksi yang penularannya terjadi melalui kontak
seksual baik dalam bentuk kontak seksual genital, oral atau anal. Banyak penderita PMS tidak menyadari bahwa
dirinya mengidap PMS oleh karena penyakit ini seringkali tidak menunjukkan
gejala.
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. PMS dapat menyebabkan :
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. PMS dapat menyebabkan :
a. Abortus
b. Kehamilan Ektopik (embrio melakukan
implantasi diluar rahim)
c.
Persalinan
preterm (kehamilan ≤ 37 minggu )
d. Lahir mati
e.
Cacat
bawaan
f.
Morbiditas
neonatus
g.
Kematian
Seringkali penularan pada janin terjadi saat persalinan,
saat melalui jalan lahir yang terinfeksi.Namun, sejumlah infeksi juga dapat
terjadi secara transplasental sehingga menyebabkan infeksi janin
intrauterin.Adalah satu hal yang penting untuk memastikan bahwa wanita hamil
bebas dari PMS. Pada kunjungan prenatal pertama, provider kesehatan (bidan,
dokter , obstetric & gynecologist) akan melakukan skrining untuk beberapa
jenis PMS, termasuk HIV – human immunodeficiency virus ( pada beberapa
sentra kesehatan tertentu ) dan syphilis. Beberapa jenis PMS dapat
disembuhkan dengan obat, namun tidak semua jenis PMS dapat diobati dengan
obat.Bila jenis PMS yang diderita termasuk jenis yang sulit disembuhkan maka
harus diambil langkah terbaik untuk melindungi janin yang dikandung.
Beberapa penyakit yang termasuk penyakit menular seksual :
A.
Sifilis
Sifilis
merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang biasa dikenal dengan raja singa.
Sifilis dapat menular pada bayi yang dikandung secara transplasenta dan
menimbulkan kecacatan, penyebabnya adalah treponema pallidum.
Sifilis
merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh troponema pallidum yang
dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga
susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh. Infeksi
terbagi atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder,
sifilis laten dini dan lanjut, serta neurosifilis (sifilis tersier). Sifilis
umumnya ditularkan lewat kontak seksual, namun juga dapat secara vertical pada
masa kehamilan. (Sarwono; 2009)
B.
Gonoroe
Gonore adalah IMS yang disebabkan oleh diplokokus intrasel
gram-negatif anaerob Neisseria gonorrhoeae.Gonorea
adalah semua infeksi yang disebabkan oleh neisseria gonorrhea. N. gonorrrhoeae
dibawah mikroskop cahaya tampak sebagai diplokokus berbentuk biji kopi dengan
lembar 0,8 µm dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat gram negative, tampak
diluar dan di dalam leukosit polimorfnuklear, tidak dapat bertahan lama di
udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahanpada suhu di atas 39°
C, dan tidak tahan zat desinfektan.
C.
HIV/
AIDS
HIV
adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh,dan AIDS adalah kumpulan
gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk
setelah lahir.
AIDS
merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.Acquired artinya
didapat, jadi bukan merupakan penyakit turunan, immuno berarti sistem kekeblan
tubuh,Deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan
gejala.AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak kekebalan
tubuh, sehingga mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang berakibat
fatal.Padahal penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai
virus,cacing,jamur,protozoa,dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti
pada orang yang sistem kekebalannya normal.Selain penyakit infeksi,penderita AIDS juga mudah terkena kanker.Dengan
demikian gejala AIDS amat bervariasi.Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah
virus HIV (Humman Immuno-deficiency Virus).
2.2. Etiologi
A.
Sifilis
a. Sifilis
disebabkan oleh triponema palidum, spiroket yang menginfeksi mukosa sampai timbulnya
kanker membran.
b. Sifilis sulit
di lacak dan penyakit ini hanya menghilang ke dalam tubuh dan terus melakukan
kerusakan di tempat-tempat yang tidak dapat dilihat
c. Lama masa
inkubasi, dari waktu pajanan sampai timbulnya kanker primer, bergantung pada
jumlah microorganism yang menetap saat infeksi dan berapa lama organism ini
bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 jam untuk bereplikasi dibandingkan bakteri
yang hanya memerlukani beberapa menit untuk bereplikasi.
1) Inkubasi pada
tahap primer adalah 10-90 hari setelah kontak, rata-rata 21 hari. Tanda dan
gejala sembuh dengan spontan dalam 3 minggu tanopa terapi.
2) Inkubasi pada
tahap sekunder adalah 17 hari samapai 6 bulan setelah kontak, rata-rata 2,5
bulan. Bila sifilis tidak diobati tanda dan gejala sembuh secara spontan dalam
2-8 minggu, dengan rata-rata 4 minggu.
3) Tahap laten
dimulai setiap lesi sekunder hilang.
d. Individu
dinyatakan infeksius bila muncul salah asatu lesi primer atau sekunder.Respon
antibody awal adalah IgM, dan dalam 2 minggu IgM berubah menjadi IgG.
B. Gonoroe
a. Organisme gonokokus (gonokokus, GC)
adalah bakteri diplokokus berbentuk kacang-kacang merah, yang bersifat patogen
pada epitel. Lokasi infeksi yang umum mencakup :
1. Orofaring
2. Konjungtiva mata
3. Uretra pria
4. Salurang reproduksi wanita. GC
menetap dalam vagina hingga menstruasi, saat kanalis serviks terbuka, dan
kemudian naik ke uterus serta tuba falopii.
5. Rektum
b. Infeksi sebelumnya memberikan
antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi bakteri maupun daya tahan tubuh
individu bervariasi.
C.
HIV/ AIDS
a. Penularan
HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti hubungan seks
dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik,dan alat-alat penusuk
(tato,penindik,dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV
kepada janin atau disusui oleh wanita
b. Yang
mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin
tertular.
c. Walaupun
janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar penularan terjadi waktu
melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut
lama.Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh darah
ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus itu.
Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.
2.3. Gambaran Klinis
A.
Sifilis
Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak berbeda
dengan keadaan tidak hamil, hanya perlu diwaspadai hasil tes serologi sifilis
pada kehamilan normal bisa memberikan hasil positif palsu.Transmisi treponema
dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah plasenta terbentuk utuh, kira – kira
sekitar umur kehamilan 16 minggu.Oleh karena itu bila sifilis primer atau
sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16 minggu, kemungkinan untuk
timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.
1. Tahap primer
menunjukan ciri-ciri berikut :
a. Lesi primer
adalah sanker: papula kecil yang membentuk jalan masuk dan menghancurkan diri
untuk membentuk ulserasi superficial yang tidak nyeri, dan berakhir
selama 5 minggu dan sembuh secara spontan. Lesi ini sehingga luput dari deteksi.
Lesi mungkin satu atau banyak.
b. Sekitar 70%
kasusu terjadi duseminata dari jalan masuk infeksi ke kelenjar limfe yang
menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada lipatan paha dan axila yang diikuti
pembesaran kelenjar limfe yang lain (bubo-satelit), nyeri tekan dan berbatas
tegas.
2. Tahap sekunder
Disebabkan diseminata hematogen yang berasal dari drainase
kelenjar limfe regional. Tahap sekunder ditandai dengan kondisi berikut:
a.
Ruam kulit yang menyeluruh, bilateral,
tidak gatal, dan tidak nyeri tampak hamper diseluruh tubuh , namun terutama di
membrane mukosa, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam yang muncul bias berupa
salah satu atau semua bentuk lesi berikut:
1. Macula datar,
berwarna tembaga
2. Papula
eritematosa, berkerak
3. Pustule
b.
Tampilan ruam dalam mulut berupa erosi
putih yang disebabkan dengan “tempelan mukosa”.
c.
Lesi lecet yang berkombinasi dengan
kondiloma latum yang terbentuk pada area tubuh yang lembab, seperti area vulva
dan perianal. Lesi ini berupa sekelompok kecil veruka datar yang tertutup oleh
eksudat keabu-abuan; lesi ini sangat infeksius. Jangan keliru membedakan lesi
ini dengan kondiloma akuminata, veruka eksternal yang disebabkan oleh HPV.
d.
Gejala sistemik yang biasa terjadi:
e. Adenopati yang
menyeluruh
f. Demam, malaise,
letargi dan sakit kepala
g. Anoreksia dan
penurunan berat badan
h. Alopesia
terjadi dimana saja pada tubuh.
3.
Tahap laten
Terjadi setelah manifestasi sifilis sekunder hilang tanpa
terapi. Spiroket yang tinggal dalam keadaan dorman ditubuh dan termanifestasi
sendiri beberapa tahun kemudian seiring degenerasi banyak organ. Spiroket dapat
didiagnosis dengan uji laboratorium saat tidak ada manifestasi klinis, terutama
bila riwayat pejanan telah diketahui atau terdapat riwayat lesi primer atau
sekunder.Dengan
gejala:
1. Luka primer
didaerah genetalia atau tempat lain seperti dimulut dari sekitarnya. Pada lues
sekunder kadang – kadang timbul kondiloma lata. Lues laten dan sudah lama dapat
menyerang organ tubuh lainnya.
2. Pemeriksaan
serologis reaksi wassermann dan VDRL
3. Kelahiran mati
atau anak yang lalu dengan lues congenital merupakan petunjuk bahwa ibu
menderita sifilis.
4.
Tahap
Tersier
Sifilis tersier adalah kelanjutan dari sifilis sekunder.
Dengan tandda khas Gumma ( infiltrate berbatas tegas, lunak, destruktif,
besarnya bervariasi ) dapat menjadi ulkus. Dapat terjadi pada mukosa, tulang,
hepar, kardiovaskuler.
B.
Gonoroe
Gejala pada wanita berbeda dengan pria, karena perbedaan
antomi dan fisiologi genital wanita dan pria. Masa inkubasinya bervariasi,
singkat (mulai dari beberapa jam sampai 2- 5 hari ), gejala dan tanda pada ibu hamil:
1. Disuria
2. Gatal pada vulva
3. Sekret purulenta dari uretra
4. Kelenjar batholini membesar
5. Orofaringitis ( penyebab hubungan
oral – genital )
6. Rektum ( penyebab hubungan rectum
dan genital)
7. Konjungtivitis ( melalui alat/
tangan)
8. Kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri
di panggul bawah
C.
HIV
/ AIDS
Sebagian
penderita mengalami
gejala-gejala berikut dalam masa 2 - 6 minggu selepas dijangkiti kuman HIV:
1.
demam
2.
sakit tekak dan batuk
3.
sakit otot
4.
sakit kepala
5.
bengkak kelenjar limfa
6.
letih
7.
ruam
8.
sakit sendi
9.
turun berat badan
Gambaran
klinis pada anak :
Manifestasi klinis infeksi
HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang di namakan AIDS. AIDS pada anak
terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak
akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS anak
berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada juga
bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada
umur 10 tahun. Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi
oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu,
manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa gagal tumbuh, berat
badan menurun, anemia, panas berulang, limfadenopati, dan hepatosplenomegali.
Manifestasi klinis lainnya
yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik,
yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru.
Manifestasi klinisnya berupa hipoksia, sesak napas, jari tabuh, dan
limfadenopati. Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular
difus bilateral, terkadang dengan adenopati di hilus dan mediastinum.
Infeksi
HIV terjadi melalui 3 tahapan :
a.
Tahap
Primer/Akut
Terjadi
dalam 3-6 minggu, manifestasinya klinisnya berlangsung selama kurang lebih 1
bulan yang menyebabkan nyeri kepala, demam.Pada tahap ini virus dapat dideteksi
di dalam darah. Jumlah sel CD4+ sedikit menurun : 750-1000 sel/mm3.
b.
Tahap
Kronik / Asimptomatik
Dapat berlangsung selama 10 tahun,
replikasi virus berlangsung lebih cepat dan lebih destruktif CD4 sebanyak 500
sel/mm3
c.
Tahap AIDS
Ditandai dengan penurunan jumlah
sel CD4+ yang progresif (200 sel/mm3).
2.4. Faktor Resiko
A.
Sifilis
Faktor Resiko :
-
Paling sering terjadi pada golongan usia
muda umur 20 – 29 tahun
-
Orang yang melakukan kontak langsung
dengan infeksius awal lesi awal kulit atau selaput lendir pada saat melakukan
hubungan seksual dengan penderita sifilis.
-
Dapat diturunkan oleh ibu penderita pada
anak yang dikandungnya
-
Bergonta ganti pasangan seksual
-
Tidak menggunakan kondom saat
berhubungan seksual
-
Melalui barang perantara yang sedah
dipakai oleh penderita seperti pakaian dalam, handuk dan sebagainya (
Djuanda,1987 )
B.
Gonoroe
Kelompok
berisoko tinggi
-
PSK ( Pekerja Seks Kormesial )
-
Orang yang mempunyai 1 pasangan seksual
tetapi pasanganya suka bergonta – ganti pasangan seksual
-
Pada wanita usia 16-24 tahun
-
Pada laki-laki usia 20-34 tahun
-
Homoseks dan pecandu narkotika ( Dayli
2005 )
C.
HIV/AIDS
-
Mempunyai perilaku seksual berisiko
tinggi yaitu melakukan seksual tanpa kondom dengan banyak mitra seksual yang
dapat berpotensi HIV/ AIDS
-
Mempunyai riwayat infeksi menular
seksual
-
Mempunyai riwayat menerima transfuse
darah berulang, tanpa tes penapisan awal
-
Mempunyai perlukaan kulit, tattoo,
tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril dan bergantian
-
Sebagai pemakai narkoti suntik terutama
pemakaian jarum bersama secara bergantian tanpa sterilisasi yang memadai
2.5. Prognosis
A.
Sifilis
Prognosis pada ibu hamil dengan sifilis buruk, jika tidak
dilakukan dengan penanganan yang tepat akan berdampak buruk baik si Ibu maupun
untuk janin yang dikandungnya. Pada saat lahir bayi dapat tampak
sehat dan kelainan timbul setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan
ada sejak lahir. Di mana virus Troponema Pallidum masuk secara hematogen
melalui placenta ( UK 10 minggu ), sehingga janin yang terinfeksi dapat mati
atau abortus, lahir mati atterm ( IUFD ), dan lahir hidup dengan tanda- tanda
sifilis kongenital.
Pada
bayi dapat dijumpai kondisi sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
intrauterine yang terlambat
2. Kelainan
membrane mukosa ( bibir, mulut, laring dan mukosa genital)
3. Kelainan
kulit, rambut dan kuku
Dapat berupa macula eriterm,
papullosqruamosa, dan bulla.Bulla sedah ada sejak lahir yang tersebar secara
simetris terutama pada telapak tangan dan kaki.
4. Kelainan
tulang ( terjadi pada 6 bulan pertama )
Tanda
sifilis kongenital lanjut :
1. Kornea
: keratitis intersisial
Biasanya terjadi pada
umur pubertas dan bilateral.npada kornea timbul pengabuan menyerupai gelas
disertai vaskularisasi sclera.Terjadi pada 20 – 50% kasus sifilis kongenital
lanjut.
2. Tulang
: perisynovitis
Mengenai kedua lutut yang akan
mengakibatakan terjadinya bengkak tanpa nyeri yang simetris.
3. Sistem
saraf pusat
Biasanya yang menjadi tanda adalah
adanya kelemahan umum dan renjatan
B. Gonoroe
Bayi
yang terkena gonoroe akan menjadi buta, pembengkakan pada kedua kelopak mata
dan matanya mengeluarkan nanah. Selain itu penyakit sistemik seperti meningitis
dan arthritis, sepsis, pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan
Gambar 1 anak terkena gonoroe
Gambar
2. Anak terkena gonoroe
C. HIV/AIDS
Tujuh puluh delapan persen ( 78% ) bayi yang terinfeksi
HIV akan menunjukan gejala klinis menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3 sampai
4 tahun kemudian akan meninggal.Pemaparan terhadap HIV
tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orng yang terpapar HIV selama
bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang terinfeksi
bisa tidak menampakan gejala selama lebih dari 10 tahun. Tanpa pengobatan ,
infeksi HIV ,mempunyai resikom1-2 % untuk menjadi AIDS pada beberapa tahun
pertama. Risiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Teknik
perhitungan jumlah virus HIV ( plasma RNA ) dalam darah seperti polymerase chain reaction ( PCR ) dan branched deoxyribo nucleid acid (bDNA )
test membantu dokter untuk memonitor efek penobatan dan membantu penilaian
prognosis penderita. Kadar virus ini bervariasi mulai kuran dari beberapa ratus
sampai lebi dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Dengan HIV, antibodinya dihasilkan
dalam jangka 3-8 minggu. Taap berikutnya sbelum antibody tersebut dapat
dideteksi dikenal sebagai tahap jendela. Pengujian dapat dilakukan dengan
menggunakan sampel darah, air liur atau air kencing. Pengujian HIV harus
dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelum-selama-dan sesudahnya. Jumlah normal
dari sel-sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800-1200 sel/ml kubik
darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel-sel CD4+T-nya terhitung dibawah
200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi0infeksi oportunistik.
2.6. Penatalaksanaan
A.
Sifilis
Pengobatan
sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pada
bayi.Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis,
baik sifilis didapat maupun kongenital.Pada wanita hamil, tetrasiklin dan
doksisiklin merupakan kontraindikasi. Pengobatan sifilis pada kehamilan dibagi
menjadi 3, yaitu :
1. Sifilis
Dini ( primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2 tahun)
Benzatine Penisillin 1x / IM, Penisillin
G Prokain dalam aquadest 600.000 IU/IM selama 10 hari.
2. Sifilis
Lanjut ( lebihan dari 2 tahun )
Benzatine Penisillin G 2.4 juta IU/ IM
setiap minggu, selama 3x berturut- turut, atau dengan Penisilin G Prokain
600.000 UI/ IM setiap hari selama 21 hari
3. Neurosifilis
Benzidin penicillin 6 – 9 MU selama 3 sampai 4
minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzyl penicillin 2 -4 MU secara IV
setiap 4 jam selama 10 hari.
Wanita hamil
dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada
triwulan 1 untuk mencegah penularan pada janin.
Suami harus diperiksa
dengan menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati.
B. Gonorroe
Pada
ibu hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetraksiklin yang
direkomendasikan adalah golongan sefalosporin ( seftriakson 250 Mg/ IM dosis
tunggal ). Jika wanita hamil alergi terhadap penisil atau sefalosporin tidak
dapat ditoleransi sebaiknya diberikana Spektinomisin 2 gr/IM sebagai dosis
tunggal.
Pada
wanita hamil juga dapat diberikan amoksisilin 2 grm / 3 gram peroral dengan
tambahan probenesid 1 grm oral sebagai dosis tunggal saat isolasi N.Gonorrhoeae
yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan untuk
pengobatan jika disertai infeksi C. Trachomatis.
Pencegahan
a.
Tidak melakukan hubungan
seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi
b.
Pemakaian Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan
penyakit ini
c.
Hindari hubungan seksual
sampai pengobatan antibiotik selesai.
d.
Sarankan juga pasangan
seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah
penularan
e.
Pengendalian penyakit
menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan
menggunakan upaya pencegahan.
C.
HIV/ AIDS
Tata cara mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi caranya
dengan melakukan skrining yg baik, cara lainnya dengan pemberian obat
antiretroviral pada ibu positi, selain itu dengan melakukan persalinan yang
aman pada saat persalinan, selama persalinan, setelah persalinan.
Untuk mencegah HIV perlu juga diberikan obat anti HIV
pada ibu hamil ysng diketahui terinfeksi HIV pada TM II dan III, diberikan AZT
peroral, sedangkan saat persalinan diberikan AZT melalui infus, keada bayi baru
lahir diberikan selama 6 minggu.
Pada persalinan normal kemungkinan penularan HIV lebih
besar sehingga pada ibu hamil di anjurkan untuk menjalani operasi caesar.
Manajemen ibu hamil penderita AIDS tanpa gejala atau
dengan gejala, sebaiknya mendapatkan langkah- langkah sebagai berikut :
1.
Identifikasi
Resiko Tinggi yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan seksualnya memakai
narkotika intravena.
2.
Dilakukan
pemeriksaan darah terhadap HIV.
3.
Diberikan
peningkatan pengetahuan tentang HIV/ AIDS
4.
Memberikan
konseling mengenai masalah HIV/ AIDS
Infeksi HIV/AIDS saat ini belum ditemukan obatnya
sehingga disarankan bagi mereka yang menderita HIV tidak melakukan huhungan
badan tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa
Penyakit Menular Seksual. PMS adalah
infeksi yang penularannya terjadi melalui kontak seksual baik dalam bentuk
kontak seksual genital, oral atau anal. Jenis dari penyakit PMS pada ibu hamil
diantaranya adalah Sifilis yang disebabkan virus Troponemma Pallidum, Gonoroe
disebabkan virus Neiseria gonorea dan HIV/AIDS di sebabkan virus Humman Immuno-deficiency Virus. Dampak dari
PMS ini sangat membahyakan janin karena dapat menjadikan janin cacat
kongenital, maupun kematian.Prognosis
dari PMS ini ke janin juga sangat membahayakan si janin atau bayi atau ank itu
sendiri.Sehingga disini perlu penatalaksanaan yang benar-benar
diperhatikan atau serius
3.2. Saran
Sebaiknya
kehamilan dengan PMS perlu perhatian dan pengawasan yang serius. Tenaga
kesehatan juga harus lebih waspada lagi terhadap PMS karena penyakin ini dapat
menular dan sangat berbahaya. Persalinan dengan PMS juga sebaiknya dilakukan di
RS agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Daftar Pustaka
Christopher,J.
2000. Obstetric dan Ginekologi.Jakarta
: Widya Medika .
Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Nugraheny,
Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi.
Yogyakarta : Pustaka Rihama
Nugroho,Taufan.2012.
Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Niha
Medika.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Rukiyah,
Ai Yeyeh; dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV
( Patologi Kebidanan ). Jakarta : Trans Info Media
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking